Cinderella After Midnight (Chapter 6)

Image

Author : misskangen ‖ Length : Sequel ‖ Genre : Romance, Drama, Family ‖ Rating : General ‖ Main cast : Im Yoona, Choi Siwon ‖ Support cast : Jessica Jung, Kim Taeyeon ‖ Disclaimer : This story is mine instead of the plot and characteristics, but the casts are belong to themselves and god.

Chapter : [1] [2] [3] [4] [5]

CINDERELLA AFTER MIDNIGHT : CHAPTER 6

Avenue des Champ Elysées benar-benar seperti taman hiburan surgawi bagi Yoona. Segala sesuatu yang ada disana membuat mata Yoona berbinar seperti melihat setumpuk harta karun dari masa kerajaan Prancis kuno. Menyusuri sepanjang jalan raya yang sangat luas itu membuat Yoona melupakan segala beban pikirannya, termasuk soal status barunya sebagai istri seorang pria paruh baya. Seolah tidak masalah dengan status itu bila kartu kredit unlimited tersimpan manis di dompetnya dan Yoona bebas menggunakannya sesuka hati.

Yoona nyaris kalap saat melihat deretan koleksi terbaru di outlet Zara, Celio, dan Luis Vuitton. Lihat saja sekarang di lengan kanan dan kirinya tergantung kantong-kantong belanja yang berisi barang-barang hasil buruannya yang juga telah menghabiskan sekian ribu Euro dari rekening suaminya.

Sekarang Yoona merasa lapar setelah berjam-jam menghabiskan waktu dengan mengunjungi setiap inchi Avenue des Champ Elysées dan memutuskan untuk menikmati santapan di restoran Le Fouquet’s. Namun dalam perjalanannya menuju restoran itu, Yoona dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang benar-benar tidak pernah dibayangkannya muncul di tempat itu.

“Siwon-ssi…??!!” pekik Yoona sesaat setelah ia membalikkan badan dan berniat mengumpat seseorang yang dengan tidak sopan menutup matanya dari belakang. Mata Yoona terbelalak melihat sosok pria yang beberapa hari lalu sangat ia tunggu kedatangannya dengan menggantungkan harapan tinggi agar pernikahannya dapat dihentikan. Tetapi pria itu menghilang begitu saja tanpa memberikan kabar dan kepastian, membuat Yoona sangat ingin menendangnya dan menghujaninya dengan makian kesal.

Siwon tersenyum lebar, paras tampan pria itu sedikit banyak mempengaruhi suasana hati dan moodnya. Niat ingin memaki Siwon perlahan mulai berkurang, hanya saja Yoona kekeuh mempertahankan kekesalannya pada pria itu.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Yoona ketus.

“Aku sedang jalan-jalan. Kelihatannya kau sedang menikmati waktu sendirian?” Siwon berlagak tenang dan memasang ekspresi ramah di wajahnya.

“Ya begitulah…” jawab Yoona, kemudian melanjutkan jalannya menuju restoran. Siwon menganga, merasa tidak dihiraukan oleh Yoona. Sedikit menghela napas, Siwon mencoba menghilangkan kesal dan beralih pada raut tak bersalah sambil mengejar Yoona.

“Yoona-ssi, kenapa kau pergi begitu saja? Kebetulan kita bertemu disini, bagaimana kalau kita makan bersama.” Ujar Siwon sambil menyamakan langkah Yoona yang tergesa-gesa. Tidak ada tanggapan dari gadis itu mengharuskan Siwon berpikir lebih keras lagi. “Aku tahu kau masih kesal kepadaku, aku minta maaf. Oleh karena itu bagaimana kalau kita berbicara baik-baik sambil menikmati menu spesial koki Prancis? Aku yang akan mentraktirmu.” Lanjut Siwon di samping Yoona, masih dengan lomba jalan cepat. Sementara Yoona hanya memajukan bibirnya yang terkatup rapat, mencibir Siwon tanpa menghiraukannya.

Siwon terus saja mengikuti Yoona sampai masuk ke dalam restoran. Seorang waiter mengantarnya pada salah satu meja yang berada di sudut ruangan. Yoona duduk nyaman dengan begitu cuek, mulai membuka-buka buku menu di hadapannya. Siwon menarik kursi di depan Yoona dan duduk tegak disana, kembali Siwon memamerkan senyumnya yang mempesona. Yoona menatapnya sambil menyipitkan mata, diluar dugaan ternyata pria itu masih betah mengikutinya.

“Kenapa kau menguntitku? Aku kan tidak bilang bersedia makan denganmu!” sungut Yoona, ditanggapi kedikan bahu oleh Siwon dan membuat Yoona menggembungkan pipinya kesal. Pemandangan unik itu membuat Siwon tergelak, istrinya terlihat sangat lucu tapi tak sedikitpun memudarkan kecantikannya. “Mengapa kau tertawa? Tidak ada yang lucu disini..”

Siwon menormalkan kembali sikapnya, lebih tenang dan santai. “Maaf, aku tidak bermaksud menertawakanmu. Hanya saja kau lucu sekali dengan sikap sensitifmu itu.” Yoona memutar bola matanya mendengar jawaban Siwon.

“Garçon!” (pelayan!) teriak Yoona pelan sambil mengangkat satu tangannya, memanggil seorang waiter. Yoona menunjukkan buku menu pada pelayan itu,  “Je veux Ceasar salade, saumon, et des sandwiches. Donnez-moi juste un verre de jus d’orange.” (Aku ingin salad ceasar, salmon, dan sandwich. Berikan saja segelas jus jeruk untukku.) Si pelayan mencatat menu pesanan Yoona, kemudian beralih pada Siwon yang menatap takjub pada Yoona.

“Je veux Foie Gras de Canard Fouquet et du thé de chrysanthème” (Aku ingin Fouquet Duck Foie Gras dan teh krisan) pesan Siwon kepada pelayan restoran. Setelah mengulang pesanan mereka, si pelayan akhirnya pergi dan meninggalkan kedua orang itu kembali dalam situasi panas. “Bahasa Prancismu bagus juga, Yoona-ssi.”

Yoona menaikkan sebelah alisnya, sedikit tersinggung dengan sindiran Siwon. “kau terlalu meremehkanku, Siwon-ssi.” Ketus Yoona, dan Siwon hanya menahan senyum. “Jadi, apa yang sedang kau lakukan di Paris hingga kau tidak bisa menghadiri pernikahanku?”

Sebentar Siwon terdiam lalu berdehem singkat. “Soal itu aku benar-benar minta maaf, Yoona-ssi. Aku sudah berada di Prancis sejak seminggu yang lalu untuk mengurus perjanjian bisnis, jadi aku sangat tidak mungkin hadir disana. Aku sendiri tak menyangka samchon mengajakmu berbulan madu ke Paris.”

“Paman dan keponakan sama saja – sama-sama gila kerja.” Gerutu Yoona dan terdengar jelas di telinga Siwon. Pria itu terkikik melihat wajah kesal yang terpatri di wajah istrinya. Sementara Yoona membuang muka karena tak ingin terus-terusan merasa terpukau dengan ketampanan pria yang duduk di depannya itu. Secara tidak langsung, Yoona merasa cukup senang dengan kehadiran Siwon disana. Namun Yoona buru-buru menepis anggapan itu, ia masih harus memasang aura tidak senang dan kesal kepada pria yang satu itu.

Tak berapa lama pesanan mereka datang. Seorang waiter yang berwajah cukup tampan melayani mereka dengan baik, dengan menebarkan senyuman di wajah manly khas pria Prancis. Beberapa kali Yoona memandang kagum pada sang waiter saat pria itu menjelaskan keunggulan menu makan yang telah mereka pesan. Sesekali Yoona mengangguk mengerti dan melemparkan senyuman manis pada pria tinggi berambut cokelat itu.

Siwon memperhatikan bahwa waiter itu lebih cenderung bersikap sangat gentle kepada Yoona, seakan menebarkan pesonanya pada wanita itu. Perasaan tidak senang datang menghinggapi Siwon, kekesalannya semakin menjadi karena menyadari Yoona begitu memberikan perhatiannya kepada pria asing itu. Ingin sekali rasanya Siwon melemparkan pisau yang dipegangnya atau memberikan satu bogem manis di wajah putih pucat pria Prancis itu. Siwon mengepalkan sebelah tangannya, menahan keinginan meneriaki pria itu dengan kalimat ‘Hey, arrêtez taquiner ma femme!’ (Hei, berhentilah menggoda isteriku!)

Api yang berkobar disekeliling Siwon nyaris semakin besar saat terakhir kali si waiter mengucapkan ‘bon appétit’ begitu manisnya dengan mengecup dua jari di depan bibir merahnya. Dan reaksi Yoona membalas kalimat ‘bon appétit’ dengan senyuman lebar itu membuat Siwon menyipitkan matanya dan kecemburuannya pun meluap.

Sengaja Siwon menendang pelan sepatu Yoona hingga kaki wanita itu sedikit bergeser dan memperdengarkan bunyi derit kaki meja yang ikut menggesek lantai. Yoona beralih menatap Siwon heran, “kau kenapa, Siwon-ssi?”

Siwon berdehem dua kali, mengatur emosinya dan mengganti dengan senyum terpaksa. “Kau ini mudah sekali digoda, Yoona-ssi. Baru menghadapi seorang pria Prancis biasa, kau sudah sangat terpesona. Kau tidak lupa kan kalau kau wanita yang sudah menikah?”

Yoona menaikkan sebelah alis mata, lalu memutar bola matanya. Mudah digoda? Yang benar saja. Yoona hanya memberikan respek kepada waiter yang dengan baik hatinya menjelaskan bermacam-macam kelebihan menu yang dipesannya. Dan pria yang dihadapannya itu malah memperlihatkan sikap tidak senangnya. Bahkan Siwon membawa-bawa statusnya sebagai istri orang.

“Cih, memangnya kenapa kalau aku suka digoda oleh pria Prancis? Mereka kan banyak yang tampannya di atas rata-rata dan romantis lagi.” Yoona tidak sadar kalau ia sedang memancing di air keruh. “dan soal statusku… tidak masalah. Suamiku kan tidak ada disini, jadi aku bebas melakukan apa saja.” Ujar Yoona enteng sambil memotong salmon nya.

“Tapi kan ada aku disini! Dan aku tahu semua yang kau lakukan.” Ucap Siwon skeptis dengan nada tinggi.

“Jadi kau mau mengancamku dan melaporkan kepada samchonmu bahwa aku suka digoda pria lain, begitu?” tanya Yoona tidak kalah tinggi. “Laporkan saja! Aku tidak takut. Lagi pula kau ini aneh sekali, Siwon-ssi. Yang menjadi suamiku adalah pamanmu, mengapa kau yang seperti kebakaran jenggot kalau aku berdekatan dengan pria lain?”

Siwon terperanjat dengan pertanyaan Yoona, sepertinya sangat sulit untuk dijawab. Mau tidak mau Siwon memutar keras otaknya untuk menemukan jawaban pertanyaan yang dilontarkan isterinya. “Ya..itu karena aku tidak ingin hubunganmu dengan pamanku menjadi rusak begitu saja! Bagaimanapun aku adalah keponakannya, jadi sudah seharusnya aku melakukan sesuatu untuknya.” Kata-kata itu terdengar sangat kikuk jika Yoona mau memperhatikan, hanya saja Yoona terlalu menikmati hidangannya.

“Benarkah? Baik sekali…” ucap Yoona cuek tanpa melihat ke wajah Siwon yang sudah memerah karena kekesalannya telah sampai di ubun-ubun.

Tanpa disadari pasangan suami isteri itu makan siang sambil saling berdebat kusir. Tidak jelas topik yang mereka perdebatkan. Hanya berputar-putar di sekitar wilayah pernikahan Yoona dengan Andrew dan kecemburuan Siwon pada Yoona.

∞∞∞∞∞

“Jadi setelah ini kau akan pergi kemana?” tanya Siwon mengekor jalan cepat Yoona setelah keluar dari restoran. Yoona dengan cueknya mengabaikan pertanyaan Siwon dan semakin mempercepat langkah kakinya, walau ia tahu itu sia-sia. Dengan high heels di sepatu boot nya itu tidak memungkinkan Yoona untuk berlari, jadi dengan mudah Siwon akan selalu bisa menggapai wanita itu.

“Yak! Nyonya Choi… kau ini mau kemana? Kenapa jalan cepat-cepat seperti dikejar setan begitu?” Mendengar dirinya disebut sebagai ‘Nyonya Choi’, Yoona menghentikan langkahnya dan beralih memandang Siwon datar dan bibir yang mencebik.

“Nyonya Choi?” sungut Yoona dengan kerutan di keningnya. “Oh, tentu saja itu nama baruku. Dan…kalaupun aku berjalan cepat, itu karena setan yang mengejarku adalah kau, Siwon-ssi.” Lanjut Yoona ketus.

“Aish… wanita ini benar-benar akan membuatku gila!” gerutu Siwon. “Yoona-ssi, tidak bisakah kau lebih sopan kalau berbicara. Bagaimanapun aku lebih tua dari padamu. Akan lebih baik kalau kita menghilangkan kekakuan adat formal itu. Kau kan bisa memanggilku dengan sebutan Oppa.” Kata Siwon dengan nada lugu yang dibuat-buat.

“Kau ingin aku memanggilmu ‘Oppa’?” Yoona tergelak. “Bukannya aku ini Bibimu? Aku kan sudah menikah dengan Pamanmu. Mungkin akan lebih manis kalau kau memanggilku ‘Aunty’?” tawar Yoona dengan pandangan mengejek.

“Aunty?!!” pekik Siwon.

“Iya, ‘Aunty’! Aigoo… pasti manis sekali,” cengir Yoona sambil berjinjit dan mengacak pelan rambut Siwon. Kelakuan Yoona tampak seperti seorang Bibi yang sedang memberi belaian sayang di kepala keponakannya. Tapi ekspresi yang diperlihatkan si ‘keponakan’ itu tampak sangat tidak senang. Seringaian di wajah Siwon menunjukkan betapa tidak lucunya gurauan Yoona itu. Bayangan sebutan ‘Yeobo’ melayang-layang indah di kepala Siwon, daripada sebutan ‘Aunty’ atau ‘Gomo’ yang membuatnya ingin muntah. Membayangkan memanggil isteri sendiri dengan sebutan itu membuat Siwon begidik.

Siwon menarik napas lama, lalu menghelanya pelan. Tingkah Yoona membuatnya sakit kepala karena terus menerus harus menahan emosi. Siwon masih saja mengikuti Yoona langkah demi langkah walau ia tidak tahu kemana wanita itu hendak pergi. “Aku tahu kau masih merasa kesal karena harus menikahi pamanku. Tapi kurasa kau tidak seharusnya marah sampai berlama-lama seperti ini.”

“Memangnya kau pikir ini karena siapa? Kalau saja kau datang ke acara pemberkatanku seperti yang kuminta sebelumnya, pernikahan ini tidak akan pernah terjadi.” Sanggah Yoona masih terus melangkah cepat.

“Kau menyalahkanku? Bukankah kau sendiri yang sudah menolak ketika kuajak mencatatkan pernikahan kita di kantor pencatatan sipil? Aku bahkan mengatakan kalau aku menyukaimu.” Kata Siwon dengan menahan seringaian geli.

Yoona kembali menghentikan langkahnya, lalu memandang Siwon dengan tatapan kematian. “Kau mengucapkannya di saat genting, dan aku sama sekali tak bisa mempercayai ekspresi wajahmu yang mesum saat itu. Ya sudahlah, tak usah dibahas lagi tidak ada gunanya juga. Aku sudah resmi menikah dengan Andrew Choi, pamanmu yang tersayang itu!”

Tiba-tiba terbesit satu pikiran di kepala Siwon untuk mengajak Yoona ke suatu tempat. Siwon menarik tangan Yoona dengan tidak sabar dan sedikit kasar sehingga memaksa wanita itu berjalan tersaruk-saruk mengikuti langkahnya.

“Yak! Kau mau membawaku kemana, eoh? Lepaskan tanganku!!” teriak Yoona tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh Siwon. Yoona terpaksa mengikuti kemana Siwon membawanya sambil terus mengumpat pria itu sepanjang jalan.

∞∞∞∞∞∞

Mereka berhenti di tepi sungai Seine, tepatnya di dekat jembatan menuju Notre Dame. Akhirnya Siwon melepaskan cengkeraman tangannya dari Yoona. Siwon memandang Yoona dengan pandangan penuh arti, membuat Yoona bertanya-tanya dalam hati karena sama sekali tak mengerti maksud pria itu membawanya ke tepi Seine.

Image

Kini mereka berdiri berhadapan, mata mereka saling menatap tapi tak sehurufpun keluar dari mulut keduanya. Pasangan itu hanya diam, tampak saling menelaah situasi. Di satu sisi Yoona sedang menebak-nebak maksud sorot mata hangat yang diberikan Siwon padanya, yang juga membuat jantungnya berdegup cepat seolah ingin melompat dari tempatnya. Sementara di sisi lain, Siwon sedang berusaha menciptakan suasana romantis, dan juga suasana yang sesuai dengan penggambaran di dalam kepalanya.

“Yoona-yah…” panggil Siwon lembut. Yoona tidak menjawab, ia masih diam memandang Siwon dengan sejuta pertanyaan dalam kepalanya, bahkan ia tak menyimak panggilan Siwon yang berubah akrab seakan mereka mengenal begitu dekat dalam waktu yang cukup lama. Yoona mengedip-ngedipkan matanya secara normal, namun bagi Siwon seakan kedipan mata itu ada dalam slow motion yang memperlihatkan bulu mata lentik membingkai candy eyes Yoona yang membuat hatinya menjerit-jerit senang karena dihujani pesona seorang wanita.

“Yoona-yah…” panggil Siwon lagi.

“Hmm…” jawab Yoona singkat.

“Tidakkah kau mengingat sesuatu disini, ditempat ini?”

Yoona mengernyitkan dahinya, mencoba berpikir dan mengingat sesuatu, “Mengingat apa?” tanya Yoona penasaran karena tak sedikitpun ada bayangan masa lalu yang melintas di kepalanya.

Siwon mengulurkan tangannya, pelan-pelan melepaskan scarf yang terbelit rapi di leher Yoona. Ia melepaskan scarf berwarna khaki itu, kemudian memegangnya dengan satu tangan lalu mengangkat tepat tidak jauh dari wajah Yoona.

Yoona terus memperhatikan gerakan demi gerakan yang dilakukan Siwon, mencoba memahami dan menebak maksud pria itu. Kemudian angin sepoi-sepoi bertiup di tepi sungai Seine, membuat scarf berbahan shiffon itu melambai-lambai menerpa wajahnya. Yoona masih memandang wajah Siwon yang kini sedikit silau terhalang sinar matahari sore. Tapi Yoona tahu bahwa pria itu sedang tersenyum.

“Yoona-yah, ingatkah kau setahun yang lalu di Paris, di tepi Sungai Seine tepat sekarang kau berdiri, di musim gugur saat angin bertiup sejuk namun mampu membuat sebuah scarf melayang jauh…”

Flashback

“Ne Eonni, kau tidak usah khawatir. Aku hanya berjalan-jalan di dekat Seine sebentar. Tenang saja, aku tidak akan tersesat.”

“….”

Okay, aku akan segera pulang bila menjelang malam. Bye, Sica Eonni…”

Selesai menelpon Jessica tentang lokasi keberadaannya, Yoona langsung melanjutkan acara jalan-jalannya di Paris. Saat itu ia ingin sendirian, tanpa merasa terganggu dengan kemesraan yang ditunjukan Jessica dan Heechul di hadapannya yang membuatnya cukup iri.

Yoona memutuskan pergi berjalan-jalan ke sisi kanan tepian sungai Seine mulai dari dekat Champ Elysées, hingga menuju Notre Dame yang dikelilingi bangunan-bangunan kuno seperti kastil-kastil dari abad ke 15 yang memanjakan pandangan mata.

Saat itu musim gugur, dimana banyak orang yang mengunjungi Paris yang berjalan-jalan menghabiskan waktu dengan penampilan-penampilan yang modis. Begitupun dengan Yoona yang mengunjungi London sebelum liburan ke Paris, sudah jauh-jauh hari menyiapkan kostum yang akan dipakainya untuk berjalan di jalanan indah kota Paris di musim gugur, walaupun keinginannya untuk melihat bunga magnolia yang berkembang tidak akan tercapai.

Sebuah koleksi terbaru Burberry untuk musim gugur yang baru saja diluncurkan di London beberapa hari sebelumnya membuat Yoona tampak anggun dan hangat. Ia terus saja membetulkan letak scarf berwarna violet dilehernya. Yoona terlalu membanggakan scarf limited edition rancangan Alexander Mcqueen itu.

Yoona merasa banyak tatapan yang dari orang-orang sekitar yang mengarah padanya hingga ia tak henti-hentinya menebarkan senyuman indahnya. Yoona berpikir mungkin ia bisa menggaet perhatian pria setidaknya dua atau tiga orang yang akan tertarik dengan tampilannya saat ini.

Dengan kebanggan luar biasa Yoona melepas scarfnya, mencoba membenarkan lipatan pada kain sutra itu hingga tiba-tiba angin musim gugur yang bertiup cukup kencang menerbangkan scarfnya jauh entah kemana. “Oh, my scarf!!!” pekik Yoona. Ia mulai berlari mengejar kemanapun scarf itu terbawa oleh angin. Bahkan ia tak peduli dengan orang-orang yang ditabraknya.

Brukk!!! Yoona tidak sengaja menabrak seorang pria berpostur tinggi yang sedang asyik mengabadikan momen-momen indah di sore hari itu dengan kameranya. “My Camera!!” teriak pria itu mendapati kamera SLR miliknya terjatuh akibat tabrakan dengan Yoona.

“Je suis désolé!” (maafkan aku!) teriak Yoona menoleh pada pria itu sambil berlari. Pria yang merasa dirugikan oleh wanita yang tidak bertanggung jawab itu pun mengikuti Yoona yang sudah berhenti berlari di dekat jembatan di sisi kiri bangunan Notre Dame.

Yoona tampak sedikit kesulitan memanjat pagar batu yang memiliki tekstur kastil kuno di dekat Notre Dame tidak jauh dari jembatan. Ia berusaha menggapai sebuah ranting pohon yang menjulur ke arah permukaan sungai Seine karena scarf nya menyangkut disana. Tangan Yoona terjulur sedikit demi sedikit mendekati scarfnya, tetapi ia sama sekali tidak memperhatikan tumpuan kakinya yang menggunakan high heels di atas bebatuan maupun tangan satunya yang berpegang lemah pada batang kayu pohon.

“Mademoiselle, que faites-vous? Vous allez tomber s’il n’est pas attentif!” (Nona, apa yang kau lakukan? Kau bisa jatuh bila tidak berhati-hati!) terdengar teriakan seorang pria yang telah berada di bawah posisi Yoona yang sedang memanjat.

Yoona menoleh sekilas, ternyata pria yang ditabraknya tadi yang menegurnya. “que dites-vous, monsieur? Je ne vous ai pas entendu,” (kau bilang apa, Tuan? Aku tidak mendengarmu) jawab Yoona sedikit tak menghiraukan karena ia sibuk memperhatikan tujuan tangannya yang terulur kesulitan mengambil sesuatu dari ujung ranting.

“s’il vous plaît, descendez! Je ne veux pas vous voir tomber.” (Kumohon, turunlah! Aku tak ingin melihatmu terjatuh.) kata pria itu seraya menarik tangan salah satu tangan Yoona. Keseimbangan tubuh Yoona mulai goyah karena kekuatan tarikan dari pria asing itu, tetapi Yoona mencoba bertahan di posisinya karena sedikit lagi ia bisa mencapai scarfnya yang tersangkut di ranting pohon.

“yak! que ma main va!!” (yak! Lepaskan tanganku!!) teriak Yoona lagi saat merasakan tenaga pria itu semakin keras menariknya. Satu sentakan keras ditangannya membuat Yoona tertarik dan jatuh menimpa pria itu. Tanpa disadari Yoona berada di atas tubuh pria itu begitu dekat dan rapat, dada mereka bersentuhan dan wajah mereka juga tampak tiada jarak. Saat Yoona mencoba mengangkat kepalanya dengan melakukan sedikit pergeseran pelan, tak disangka gerakannya itu malah membuat bibirnya bertemu dengan bibir pria itu, mata mereka jadi saling bertatapan dan jantung merasa jantungnya berpacu cepat saat hidungnya terhirup aroma lembut aftershave dari wajah pria itu.

“Omo sesange!!” Yoona tersadar dan kaget setengah mati dengan posisi tubuhnya saat itu. Yoona langsung bangkit dan langsung merapikan pakaiannya yang sama sekali tidak kusut. Ia masih shock dengan kejadian barusan. “Eothokke, barusan itu… aish, my first kiss!!” gerutu Yoona sambil meringis-ringis ngeri. Pria itu rupanya sudah bangkit dan memperhatikan reaksi Yoona yang kebingungan dan salah tingkah itu.

“Kau orang Korea?” tanya pria itu dalam bahasa Korea. Yoona mengangguk namun tak berani menatap pria itu lagi, ia terlalu malu dengan kejadian kecelakaan tadi. “Oh, kebetulan sekali. Aku juga orang Korea. Ehm… dan soal tadi, itu… kecelakaan. Aku minta maaf bila kau merasa tidak nyaman. Tapi percayalah aku sama sekali tidak berniat buruk, aku hanya ingin menolongmu agar tak terjatuh ke sungai,” ujar pria itu mencoba mencairkan suasana.

“Ah.. ne.. tidak apa-apa.” Cengir Yoona kaku.

“Apa yang kau lakukan disana? Mengapa kau memanjat pagar batu itu?” tanya lelaki itu memperlihatkan lesung pipinya saat tersenyum. Yoona masih tampak gugup, di kepalanya masih berputar peristiwa ciuman kecelakaan itu hingga ia terus saja salah tingkah.

“Oh, itu… aku… sedang…” sulit sekali lidah Yoona melanjutkan kata-katanya, ia terlalu gugup untuk berkata-kata. Jantungnya masih berdetak cepat di atas normal, ia merasa malu dengan kejadian yang menimpanya dengan pria itu. “Ah, lupakanlah. Terima kasih sudah menolongku, Tuan. Annyeong!!” Yoona malah kabur dari hadapan pria yang masih menatap kepergiannya dengan kebingungan.

Agasshi!! Kenapa kau pergi begitu saja?? Setidaknya beritahukan namamu dulu!!” teriak pria itu dari kejauhan. Yoona berhenti sejenak dari langkah cepatnya dan menoleh ke belakang kepada pria itu.

“Yoona. Namaku Yoona!!” Yoona balas meneriakkan namanya. Setelah itu ia langsung berlari kembali meninggalkan tempat itu, bahkan ia melupakan scarfnya yang masih tergantung di ranting pohon.

Flashback End

“ja..jadi kau.. kau..” Yoona tergagap setelah mampu mengingat semua kejadian yang menimpanya setahun yang lalu di tempat sama saat ini ia berdiri dan di hadapan pria yang sama.

“Ya. Aku lah pria itu. Orang yang berusaha menolongmu dan mendapat kejutan satu ciuman manis darimu. Tapi setelah itu kau meninggalkanku begitu saja.” Wajah Yoona sontak memerah, ia merasa malu mengingat-ingat kejadian itu. Siwon merasa kemenangan ada di depan matanya melihat ekspresi yang diperlihatkan Yoona saat ini. Siwon merasa lega akhirnya Yoona menyadari dan mengingat kembali peristiwa yang mempertemukan mereka untuk yang pertama kali.

“Tapi… bagaimana mungkin sekarang kita bisa bertemu lagi?” tanya Yoona begitu penasaran.

“apa kau percaya pada takdir? Aku rasa aku mempercayainya. Kau tahu, setelah kau pergi begitu saja, dengan bodohnya aku berusaha mencarimu. Tadinya aku berpikir kau adalah mahasiswa Korea yang kuliah disini, tapi entah kenapa hatiku menolak ide mencarimu di puluhan universitas terbaik di Paris. Berbekal scarf yang kau biarkan di pohon, aku mencarimu di Korea dengan nama Yoona… ada banyak nama Yoona dan aku tak tahu margamu. Sampai akhirnya takdir itu yang membawamu kepadaku, bertemu di pesta dansa walau aku merasa de javu di akhir acara karena lagi-lagi kau pergi begitu saja.”

Yoona menganga tak percaya dengan cerita Siwon. Baginya semua ini sungguh hal yang luar biasa aneh tapi benar-benar ada dan terjadi pada dirinya. “Unbelievable!!” ucap Yoona tanpa ia sadari.

“Ya. Ini memang sulit di percaya.” Siwon memegang kedua bahu Yoona, lalu ia sedikit membungkuk menyejajarkan wajahnya dengan Yoona. “Aku tak percaya bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau sudah membuatku menjadi pejuang cinta tanpa senjata, dan kau juga menjadikanku pangeran yang mencari Cinderella dengan bekal sehelai limited edition branded scarf , bukannya sebuah sepatu kaca.” Siwon menatap jauh ke dalam manik mata indah milik Yoona. Pria itu tersenyum lebar, seolah meneriakkan keberhasilannya menggapai gadis itu.

Siwon mengangkat sebelah tangan Yoona. Wanita itu masih tak bersuara, ia hanya mengikuti setiap gerakan yang dibuat Siwon dan terus memandangnya penuh keheranan. Siwon mengecup punggung tangan kanan Yoona dengan lembut, “Disini aku ingin membuat pengakuan. Di keindahan tepi sungai Seine dan kemegahan Notre Dame. Aku, Choi Siwon mencintai Im Yoona dan akan sangat berbahagia bila terus berada di sisinya dan memilikinya untukku seorang. Aku akan sangat bahagia bila Im Yoona memiliki perasaan yang sama denganku.”

Siwon menyelesaikan kata-katanya dengan sempurna, dan kini ia menunggu Yoona mengatakan sesuatu. Yoona sendiri masih terperangah dengan kalimat yang diucapkan Siwon. Tak dimengerti oleh Yoona mengapa hatinya mencelos bahagia mendengar pengakuan Siwon. Tetapi lidahnya masih begitu kelu untuk menjawab, ia takut bila memberikan jawaban yang tidak tepat.

“Yoona-yah… kau tidak ingin mengatakan sesuatu untukku?” tanya Siwon lagi dan memecah lamunan Yoona.

“Itu… ehem… Well, I’m so speechless with your confession, Siwon-ssi. Aku… tidak bisa menyangkal kalau aku tertarik padamu. Bahkan pertemuan pertama itu membuat jantungku berdetak kencang tak karuan. Aku rasa aku juga menyukaimu..”

Siwon mengerutkan dahinya, “kau hanya menyukaiku? Kau tidak mencintaiku?”

“Aku tidak tahu apa yang kurasakan padamu adalah cinta. Tahukah kau, walaupun kita sering berdebat dan bertengkar tetapi aku merasa senang bisa berada di dekatmu. Aku tetap merasa gembira walaupun aku harus beradu argumen dan tatapan tajam denganmu. Aku juga tidak menyangkal kalau kau adalah orang yang paling sering membuatku kesal!” Yoona tersenyum manis dan ada rona kebahagiaan terpancar di wajahnya.

“Intinya, kau dan aku mempunyai perasaan yang sama, Yoona-yah.” Ucap Siwon dengan keyakinan penuh. “Merci, je t’aime tellement mon cher” (Terima kasih, Aku sungguh mencintaimu, Sayang).

Siwon mendaratkan bibirnya ke bibir tipis Yoona. Ia melumatnya dengan lembut dan mesra. Menghabiskan detik demi detik berbagi kebahagiaan dan cinta setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama untuk sebuah pengakuan. Ciuman itu adalah sebuah pengungkapan kerinduan Siwon pada isterinya, wanita yang begitu ingin direngkuhnya sebagai miliknya dan tentunya dalam sosok dirinya sendiri.

Decitan halus dari bibir dan lidah yang bertemu menambah kehangatan pasangan itu yang semakin mengeratkan pelukan, tak menghiraukan angin musim gugur yang bertiup si senja hari itu. Di tempat pertama mereka bertemu dan di tempat itu pula mereka mendeklarasikan cinta setelah melakukan pencarian bermodal harapan dan berakhir romantis dengan pemandangan romantis kota Paris dari tepi sungai Seine.

Keduanya menikmati momen itu, ciuman pertama mereka setelah mengetahui rasa cinta yang telah tumbuh subur di hati dan mampu mengakui semua yang dirasa. Hingga ingatan itu berkelebat dalam kepala Yoona, membuatnya tersentak dan melepaskan ciuman mesra itu. Spontan ia mundur dan memandang ngeri pada Siwon.

“Kenapa? Apa yang terjadi, Sayang?” tanya Siwon penasaran dengan perilaku Yoona.

“Tidak. Kita tidak bisa seperti ini, Siwon-ssi. Aku tidak bisa dan tidak mungkin melakukannya.” Jawab Yoona dengan nada sedikit ketakutan.

“Apa maksudmu kau tidak bisa melakukan ini?”

“Andrew Choi… Kau tidak lupa soal dirinya kan?” Yoona balik melemparkan tanya.

“Oh, Andrew Choi? Kau tidak perlu khawatir soal itu.” Jawab Siwon dengan sorot mata yang penuh kelicikan. “Semua akan baik-baik saja. Selama kau bersamaku, singkirkanlah Andrew Choi dari pikiranmu. Hanya aku yang ada di pikiranmu dan aku akan membuatmu bahagia. Jangan cemaskan hal itu, aku yakin kau bisa menyingkirkan Andrew Choi begitu saja…”

“Apa??!!!”

To Be Continue…

Dear Readers… Mungkin banyak yang nunggu lanjutan Cinderella dan dari komentar di chapter yang lalu semuanya pada minta diposting secepat kilat. Oh god, sulitnya melakukan itu di saat penyakit malas datang menghampiri apalagi ide juga tak berjalan lancar sehingga sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk mengisi paragraf demi paragraf. Hingga akhirnya pembaca akan menemukan kata maupun kalimat klise dalam cerita ini. Maaf bila ceritanya tak sesuai harapan dan membuat readers bosan, sakit mata dan kesal samapi pengen garuk-garuk tembok. Atau mungkin sudah banyak yang bisa menebak jalan ceritanya, aku pasrah aja deh -_-

Lalu bagaimana kelanjutan setelah adegan saling mengungkapkan cinta ‘terlarang’ antara Yoona dan Siwon? Bisakah mereka bertahan dan meneruskan cerita cinta mereka? Apa sebenarnya yang sedang direncanakan Siwon untuk Andrew, mungkinkah akan ada pembunuhan karakter? Temukan jawabannya di Chapter berikutnya…^^

123 comments

  1. yeyeyeee..yoonwon romantis bangetss tpi knapa gak skalian aja diungkap langsung siapa sbenarny Andrew choi kan ntar jadi clear..klo d trusin kek gni jangan2 nyar yoona bneran suka lagi ama om Andrew..kekekeee

Please Leave Your Lovely Ideas, Good Readers!!