[FF] Cinderella After Midnight (Chapter 1)

Gambar

Author             : misskangen

Type                : Sekuel

Genre              : Romance, Drama, Family

Rating             : PG 17

Main Cast        : Im Yoona, Choi Siwon

Support Cast   : Jung Jessica, Kim Taeyeon, Lee Soon Kyu, Bae Suzy

Disclaimer       : Cerita ini fiktif dan murni karangan penulis. Bila terdapat kesamaan kisah dengan kehidupan nyata, maka itu semua adalah ketidaksengajaan semata.

Yuhuuu… apakah ini yang disebut hiatus? Belum selesai 24 jam sudah publish 2 FF ckckckck… Hiatus yang gagal aku rasa. Kali ini aku mengangkat cerita Cinderella. Tapi versiku bukanlah Cinderella si anak tiri yang malang. Ini adalah kisah Cinderella di zaman modern, yang tidak mematok waktu untuk meninggalkan pesta saat jam 12 malam kekekeke ^^. Disini juga ga bakalan ditemukan ibu peri, soalnya mahal banget mau buat kontrak eksklusif sama karyawan dunia peri, mereka lagi pada sibuk mau pentas seni drama (eh.. apaan sih ini??)

So… ga perlu lama-lama kata pengantarnya.. langsung aja Read, but don’t forget to give comment and like!!

CHAPTER 1

 

Dukk!!!

Satu suara dentuman dari pintu yang dipaksa menutup dengan keras dan cepat membuat seorang penghuni kamar mendongak serta buru-buru mengelus dadanya. Seorang wanita yang terkejut dengan kejadian tersebut menatap begitu dingin pada si pelaku.

“Memangnya kau tidak bisa menutup pintu pelan-pelan? Bahkan mengetuk saja pun kau anggap terlalu membuang tenaga.” Satu makian halus terlempar dari mulut wanita penghuni kamar itu. “Aku kesal dan hidupku berantakan, semua gara-gara Bibi Kim yang dengan teganya menarik semua fasilitas yang kumiliki. Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa semua itu!” keluhan langsung keluar dari mulut seorang tamu tak diundang dalam kamar tersebut.

“Yak, Yoona… kau pikir hanya hidupmu saja yang jadi berantakan, hidupku juga. Apa kau tak menyadari bahwa penderitaan kita saat ini semua gara-gara kau!”

“Eonni, mengapa kau jadi menyalahkanku?” wajah cemberut Yoona semakin ditekuk mendengar pernyataan kakaknya, Jessica. “yak, kalau saja kau bisa mengurangi kebiasaanmu yang suka berfoya-foya menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting, maka Bibi Kim tidak akan melakukan semua itu pada kita. Lihat sekarang, bahkan aku tidak punya mobil untuk sekedar berangkat ke kantor dan aku juga tidak punya stok uang cash yang banyak untuk mencukupi segala kebutuhanku ke depannya,” omel Jessica pada Yoona.

“Iya, aku tahu kalau berbagai kebiasaanku memang sedikit berlebihan. Tapi bukan berarti Bibi Kim dengan seenaknya menarik semua kemudahan yang kumiliki bahkan sekarang dia membatasi ruang gerakku. Kau bayangkan saja aku harus naik bus ke kampus. Aku juga tidak punya uang. Arrrggghhh… hidupku menderita sekali!!” Yoona mengacak-acak rambutnya hingga kusut.

“Sedikit berlebihan? Ya Tuhan… kau ini memang tidak pernah sadar ya. Apanya yang sedikit bila kau selalu membeli berbagai barang-barang branded dengan harga selangit, berpesta pora dengan teman-temanmu, bahkan kau juga sering pergi ke klub untuk sekedar bersenang-senang. Tagihan kartu kreditmu sampai membludak. Aku yakin kuliahmu juga sekarang berantakan. Apa itu yang kau katakan hanya sedikit?” omelan Jessica semakin panjang seiring kekesalannya yang bertambah.

“Lalu aku harus bagaimana? Aku sama sekali tidak siap kalau seperti ini… Kau sih masih lebih baik, kau punya Heechul Oppa yang akan selalu memenuhi segala kebutuhanmu karena kau adalah tunangannya,” Yoona bersungut-sungut membuat Jessica sedikit berempati.

“Kau harus bekerja. Bila kau memiliki pekerjaan setidaknya kau bisa menghasilkan uang yang lumayan mencukupi kebutuhan sehari-harimu.”

“Mwo? Bekerja? Aku kan belum selesai kuliah..”

 

Pletakk!! Satu jitakan mendarat di kepala Yoona “kau kan bisa berkerja paruh waktu, bodoh. Sekarang terserahmu lah… kalau kau ingin terus-terusan meratapi nasibmu yang dalam sekejap harus jadi upik abu, aku tidak akan menghalanginya!”

“Yak, eonni… kau tega sekali. Ya sudah… aku akan berusaha sendiri. Aku tidak akan meminta bantuanmu!” Yoona langsung pergi meninggalkan kamar Jessica dengan perasaan dongkol karena sikap dingin kakaknya.

Yoona POV

Habislah sudah! Hidupku sudah berakhir… Semua gara-gara Bibi Kim yang tega sekali menarik semua fasilitas milikku, mulai dari mobil hingga kartu kredit. Padahal Bibi Kim itu hanya seorang sepupu ayah yang diberi wasiat untuk mengurusku dan kakakku, termasuk mengurus segala keuangan dan roda kehidupan perusahaan peninggalan ayah.

Selama ini hidupku bergelimang kemewahan. Aku tak pernah merasa kesusahan. Semua yang kuinginkan bisa kuperoleh dengan begitu mudah, karena ayahku mempunyai kekayaan yang cukup bagiku untuk mendapatkan semuanya. Tapi semenjak ayahku meninggal, semua itu berubah total. Semua berubah dalam satu malam ketika surat wasiat dibacakan oleh Pengacara Park.

Ayah mewasiatkan Bibi Kim – Kim Taeyeon, satu-satunya sepupu yang paling ayah percaya untuk menjaga dan mengurus keluargaku yang hanya tinggal aku dan kakakku, Jessica. Bibi Kim mendapat kekuasaan penuh untuk mengambil alih semua tanggung jawab ayah. Satu hal yang membuatku sangat kesal adalah Kim Taeyeon adalah seorang wanita – aku menyebutnya perawan tua – yang sangat keras, cerewet, kaku, dan sok berkuasa. Dia tidak pernah sedikitpun merasa segan untuk memberiku teguran keras bahkan memberiku khotbah panjang lebar hingga telingaku panas.

Semuanya sekarang seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Aku tak lagi bisa berkutik karena Bibi Kim melarang keras aku menggunakan semua fasilitas milik keluarga sekedar untuk bersenang-senang, bahkan ia membatasi uang sakuku. Ya ampun, memangnya aku ini anak kecil!! Aku juga bosan mendengarnya menyebutku anak manja dan alasan ayahku menyerahkan tanggung jawab padanya agar Bibi Kim bisa merubah perilaku manjaku. Ch, yang benar saja, sama saja ayah telah mengumpankan anak angsa yang tidak berdosa kepada induk itik buruk rupa.

Aku harus segera menemukan solusi masalahku, aku tidak boleh terus-terusan dalam kondisi pailit seperti ini. Aku terpaksa harus turun pamor bila tak ingin menderita karena tak punya dana penopang hidup. Aku masih bersyukur aku bisa makan dan tidur gratis di rumah, bahkan Bibi Kim sudah mengancam akan mengusirku dari rumah bila aku masih saja suka membuat masalah setelah terakhir kali pihak bank memberikan tagihan over limit dari kartu kreditku.

Mencari part time job  dengan job description seperti yang aku inginkan ternyata sangat sulit, padahal aku hanya ingin kerja paruh waktu yang simple dalam arti tidak banyak yang harus dilakukan sehingga aku tak membuang banyak tenaga. Aku sadar bahwa hidupku yang sebelumnya bagai seorang putri raja kini telah berbalik menjadi seorang upik abu, dan aku tak pernah mempersiapkan diri untuk itu.

Aku menyerah, akhirnya aku meminta bantuan temanku, Suzy, untuk mencarikanku pekerjaan paruh waktu. Dia memberiku penawaran di tempatnya bekerja, sebuah coffee shop yang baru membuka cabang di dekat rumahnya. Suzy memang bukan berasal dari keluarga kaya, tetapi aku merasa dia adalah satu-satunya orang yang berteman denganku bukan karena kekayaanku dan aku juga merasa sangat nyaman bersamanya.

Awalnya aku sangat sulit beradaptasi dengan pekerjaan itu. Menjadi seorang waitress bukanlah pekerjaan yang aku harapkan, beberapa kali aku dimarahi oleh supervisor bahkan mendapat ancaman pemecatan. Tetapi lama kelamaan akhirnya aku bisa bekerja dengan cukup baik, aku mulai dapat meminimalisir kesalahan yang sering kulakukan.

Satu hal yang membuatku was-was ketika bekerja adalah apabila ada seseorang yang mengenalku semisal teman kampus atau teman hang outku melihatku bekerja di tempat itu. Jadi aku sengaja tak memakai riasan wajah ketika bekerja, padahal biasanya aku selalu memakai make up dengan teknik riasan jitu dan up date sehingga wajahku terlihat lebih elegan.

Setiap hari aku selalu pulang menjelang tengah malam dan harus menghadapi tatapan membunuh dari Bibi Kim. Memang tak satupun komentar keluar dari mulutnya, tapi aku tahu pasti akan ada banyak kejutan darinya untukku yang bisa membuatku sakit kepala. Bibi Kim pasti sudah punya beragam rencana tak terduga untuk mengacaukan hidupku. Aku ingin sekali kabur tapi aku tak tahu bagaimana caranya hidup menyenangkan tanpa dukungan materiil darinya. So poor I am!

 

Beberapa kali aku masih menyanggupi undangan teman-temanku untuk datang ke pesta yang mereka buat, dan aku datang dengan tampilan yang berbeda dari biasanya. Aku yang selalu datang dengan tampilan glamour malah datang dengan gaun yang menurut mereka paling sederhana yang pernah aku perlihatkan. Tentu saja aku tak bisa mengatakan alasan sebenarnya, bila hal sekecil itu saja mereka sudah berpandangan sinis dan curiga. Jessica eonni yang mengetahui aku masih sering menghadiri acara seperti itu padahal aku sedang kesulitan ekonomi semakin menghujatku dengan omelannya yang membosankan. Aku juga paham bila kondisi kami sejak Bibi Kim membatasi semua fasilitas milik keluarga menjadi begitu runyam dan gampang emosi. Tapi bagaimanapun aku tak bisa meninggalkan semua itu begitu saja.

Suatu hari, Bibi Kim memanggilku ke ruang kerjanya, aku sendiri bingung apa maksudnya memintaku menemuinya padahal belakangan aku sudah berusaha tak membuat masalah untuknya. Sempat terlintas dalam pikiranku kalau Bibi Kim akan melakukan sesuatu yang sangat tidak aku harapkan.

“Ada sesuatu yang penting harus kuberitahu padamu. Ini semua sangat darurat dan harus segera ditemukan solusinya,” Bibi Kim memang tak pernah suka berbasa-basi, apalagi padaku.

“Memangnya separah apa masalahnya, tumben sekali imo mau membicarakannya denganku?”

“Ini parah dan aku rasa kau satu-satunya orang yang bisa menyelesaikannya. Perusahaan sedang mengalami kolaps, jika tidak segera mendapat dana segar dari investor maka nasib perusahaan akan berada di ujung tanduk!” Apa? Ini memang masalah pelik, aku memang tak pernah mau tahu urusan soal perusahaan sebelumnya. Maka sungguh mengejutkan bila tiba-tiba aku mendengar perusahaan sedang kritis.

“Lalu mengapa imo yakin sekali aku bisa menyelesaikannya, aku sama sekali tak mengetahui urusan perusahaan. Akan lebih baik bila Jessica eonni yang mengurusnya.”

“Eonnimu tak akan bisa melakukannya.”

“Kenapa?”

“Karena kau lah yang diinginkannya.” Gelagat Bibi Kim sungguh mengkhawatirkan, aku curiga dia telah merencanakan sesuatu yang berbahaya. “Apa maksudnya? Siapa yang menginginkanku?”

“Aku sudah melakukan negosiasi dengan seorang investor, dan dia adalah harapan terbesar untuk perusahaan. Dia bersedia mencairkan dana segar untuk menyelamatkan perusahaan dengan satu syarat, yaitu kau menikah dengannya.” Aku terperanjat dan mulutku menganga. Kalau begitu sekarang aku yang tertimpa masalah juga.

“Apa kau bersedia menikah dengan seorang pria berusia 40 tahun untuk menyelamatkan perusahaan milik ayahmu? Aku harap kau bisa memikirkannya baik-baik. Ini semua menyangkut hajat hidup banyak orang, bukan hanya kau. Jika kau sudah memiliki keputusan segera katakan padaku. Aku menunggu jawabanmu secepatnya!” Bibi Kim seenaknya meninggalkanku yang masih shock dengan berita yang baru disampaikannya. Apa Bibi Kim sudah gila, memintaku menikah dengan seseorang yang lebih pantas jadi ayahku atau jadi suaminya. Aduhhh… bagaimana ini, aku sama sekali tak punya solusi!

Yoona POV End

 

“Eonni… bantu akuuu. Kalau kau tidak membantuku maka dalam waktu dekat kau akan melihat adikmu jadi gila atau mati mendadak!” teriak Yoona begitu memasuki kamar kakaknya. Jessica yang sedang asyik mengobrol dengan seorang temannya merasa kesal dengan ocehan Yoona yang datang secara tiba-tiba.

“Hei, kau ini tidak bosan-bosannya menyumpahi diri sendiri. Memangnya hal apa yang membuatmu menjadi gila atau mati mendadak?” tanya Jessica disertai tawa cekikikan Sunny, sahabat Jessica yang sedang datang berkunjung.

“Aku sedang dirundung masalah berat. Kau tahu kalau Bibi Kim berniat menerima lamaran seorang pria tua untukku. Walau tujuannya untuk menyelamatkan perusahaan tetap saja aku tidak bisa terima. Itu sama saja aku menghancurkan masa depanku yang masih terpapar jauh ke depan. Jika aku menurutinya, maka aku akan menjadi istri kesekian dari seorang pria jompo. Pokoknya aku tidak mau… lebih baik aku mati saja!” rengekan Yoona terdengar begitu memekakkan di telinga Jessica, hingga Jessica juga balas berteriak.

“Yak! Aku juga tahu kau pasti tidak mau. Tapi mau bagaimana lagi, memangnya kau punya solusi?” Yoona hanya menggeleng sambil memanyunkan bibirnya. “Kalau begitu kau terima sajalah takdirmu!” ucap Jessica cuek hingga mendapat tatapan heran dari Sunny. Yoona semakin ingin menangis, merasa kakaknya tak menghiraukan nasibnya.

“Heh Jess, kau ini kakak macam apa yang tidak peduli pada musibah yang menimpa adiknya?” Sunny akhirnya buka suara. Jessica menaikkan sebelah alisnya, bersikap cukup skeptis. “Aku jadi bertanya-tanya sebenarnya Eonni itu kakakku atau bukan. Eonni sama sekali tak mau membantu mencarikan pemecahan masalahku.” Tambah Yoona dengan ekspresi sedih.

“Aku rasa kau harus mencari pengganti pria tua itu. Dengan kata lain kau harus menemukan pria yang selevel, setidaknya ia bisa menjadi investor bagi perusahaan. Jadi Bibi Kim tidak akan menentang keputusanmu lagi.” Yoona menyipitkan mata setelah mendengar kata-kata Jessica. “Jadi maksudmu aku harus mencari pria yang lebih muda tapi kaya, dan juga mau menjadi investor perusahaan?” Jessica mengangguk mantap. “Mana ada yang seperti itu!” Yoona terlihat sangat hopeless.

“Dasar bodoh! Itulah tugasmu sekarang, menemukan pria dengan karakter seperti itu. Memangnya kau tidak punya teman yang berasal dari keluarga yang melebihi apa yang ayah miliki selama ini?” Yoona menggeleng pasrah. “Jadi selama ini kau berpesta dengan orang-orang seperti apa? Aku yakin bahkan yang ada di kepala mereka hanya mencari kesenangan seperti layaknya dirimu selama ini. Ya sudah, kau menyerah saja.” Jessica melirik Sunny yang sedari tadi terlihat berpikir keras.

“Tunggu, aku punya kandidat bagus untukmu, Yoona.” Kini semua pandangan tertuju pada Sunny yang tiba-tiba ingin memberikan ide. “Aku pernah dengar seorang pria yang kaya raya. Dia mewarisi harta kekayaan keluarga turun temurun. Aku dengar dia juga masih single. Aku rasa tak ada salahnya kau mendekati pria itu. Setidaknya kau bisa merayunya untuk menjadi investor perusahaan.” Yoona tampak berpikir sejenak, memahami kata demi kata yang diucapkan Sunny. “Jadi aku harus menarik perhatiannya hingga ia bersedia menjadi investor?” Jessica dan Sunny mengangguk bersamaan. “Tapi dia tampan atau tidak?” Sunny menepuk keningnya, merasa tak heran dengan pertanyaan Yoona. “Kau tenang saja, walaupun aku belum pernah bertemu langsung dengannya tapi aku dengar ia sangat tampan. Dia itu lebih cocok menyandang gelar the most eligible bachelor in Korea.” Jawab Sunny mantap.

“Lalu dimana aku bisa menemuinya?” tanya Yoona mulai penasaran. “Lusa, akan ada pesta dansa yang diadakan di Ballroom Hotel Royale. Pesta itu dihadiri oleh orang-orang kelas atas dan tentu saja mereka adalah pengusaha dan pebisnis ulung. Aku akan membantumu mendapatkan akses masuk kesana. Aku rasa kau bisa menggunakan nama perusahaan ayahmu.”

“Siapa nama pria itu?” tanya Yoona. “Namanya Choi Siwon. Dia itu perfectionist, jadi kau harus berusaha keras untuk menaklukannya” Jawab Sunny singkat. “Choi Siwon… sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Sepertinya tidak asing, tapi aku tak bisa mengingat pastinya.” Yoona seakan berbicara pada dirinya sendiri. “Tentu saja kau pernah mendengar namanya, dia kan seorang pengusaha besar dan terkenal!” seru Jessica. “Kalau begitu aku akan menyiapkan tampilan terbaik sejak saat ini.” Yoona segera berlari keluar kamar, diikuti oleh Jessica dan Sunny.

“Arrgghhh… bagaimana ini!!” teriak Yoona mendapati ruang yang berisi segala benda dan perhiasannya terkunci rapat. “Bibi Kim pasti pelakunya. Ia menggembok lemari baju, sepatu, dan tasku. Bagaimana aku bisa tampil bagus tanpa semua itu!!” Yoona mnegacak-acak rambutnya, merasa frustasi. “Gawat, Bibi Kim bukannya sedang keluar negeri? Mana mungkin kau meminta kunci darinya sekarang.” Timpal Jessica yang membuat Yoona menangis kesal.

Yoona POV

“Suzy-ah, pinjamkan aku dress yang kau miliki. Aku tidak punya cukup uang untuk membelinya sekarang.” Aku memohon bantuan Suzy, tinggal dia harapanku untuk meminjamkan gaun. Ukuran gaun milik Jessica Eonni dan Sunny Eonni tak sesuai denganku, karena tinggi badanku yang melebihi keduanya. Begitu pula ukuran kaki yang juga tak sesuai.

“kau tahu sendiri aku tak pernah punya barang sebagus yang kau miliki selama ini. Tapi aku bisa membantumu mendapat barang-barang bagus dengan harga minim.” Ya benar, kenapa aku bisa lupa Suzy memang tidak seperti diriku, tapi bagaimana mungkin aku bisa mendapat barang-barang bagus dengan harga miring seperti yang dikatakannya. “Aku yakin kau pasti berpikir bagaimana bisa seperti itu kan? Ayo kita pergi kesana..”

Aku mengikuti Suzy yang sudah menarik tanganku. Dia membawaku ke sebuah pasar yang menjual banyak barang, sebagian besar adalah baju, sepatu, dan tas. Tempat ini sangat tidak menarik. Aku rasa tidak pantas untuk menjual barang-barang bagus nan indah. Tempat ini juga panas sekali, berdebu, dan kotor. “Tempat apa ini?” tanyaku saat sudah tak tahan lagi dengan debu yang bertebaran. “Ini pasar loak, dimana kau bisa mendapat banyak barang-barang branded dengan harga terjangkau. Ya.. walaupun setengah pakai.”

“What?? Hei, kau sudah gila memintaku memakai pakaian bekas orang lain?” aku protes pada Suzy yang sudah seenaknya mengajukan pakaian tak layak untukku. “Jadi kau lebih memilih memakai jeans belel dan kaus oblong untuk datang ke pesta itu?” Suzy malah berbalik memelototiku, aku hanya diam karena menurutku yang dikatakannya benar. “Sebaiknya kau menurut saja. Ayo kita cari gaun yang sesuai ukuranmu dan tentunya yang cukup kau sukai.” Suzy kembali menyeretku menuju stand yang banyak memajang gaun lusuh.

Setelah berputar-putar seharian, akhirnya aku menentukan pilihan pada sebuah gaun berwarna jingga yang berpotongan terbuka di bagian bahu. Menurutku gaun  itu satu-satunya model terbaik yang kutemukan disini dan tentunya yang kondisinya masih sangat bagus. Aku juga membeli sepasang sepatu berwarna putih gading, dengan sedikit sulap dari penjualnya sepatu itu terlihat seperti baru – baru saja disemir kurasa. Ukurannya juga sedikit kebesaran dengan kakiku, tapi kembali lagi ini adalah sepatu yang paling cocok dan paling bagus untuk dipadu-padankan dengan gaun itu. Memang benar aku mendapatkan semua itu dengan harga miring, aku bahkan masih mempunyai sisa uang dari membeli barang-barang itu.

“Setelah ini sebaiknya kau mencuci gaun itu dengan sebaik-baiknya, berikan banyak parfum bila perlu. Kalau begitu semua masalahmu beres kan.. gaun dan sepatu semua sudah tersedia. Kau tinggal mempersiapkan dirimu untuk bertemu dengan pangeran dari negeri bisnis itu, kekeke” Dasar Suzy!! Bukannya prihatin, ia malah mengejekku. Apa dia tidak sadar sedari tadi moodku benar-benar buruk!

“Hei, Yoong. Mengapa kau menekuk wajahmu seperti itu? Kau harus bergembira, tersenyumlah dan perlihatkan pesonamu layaknya putri bangsawan. Bukankah besok malam kau akan menjadi Cinderella?” Suzy mengatakan semua itu dengan mata berbinar, tapi justru membuatku semakin kesal. “Ya kau benar! Besok malam aku akan menjadi Cinderella… Cinderella dari pasar loak!” teriakku kesal, tapi Suzy malah semakin tertawa terbahak-bahak.

Here coming… Yoona, Cinderella from…

“Yak! Jangan lanjutkan atau kau akan menyesal Bae Suzy!!” Suzy segera kabur dari hadapanku sambil tertawa cekikikan. Ia tahu persis kekesalanku telah sampai ubun-ubun, jadi Suzy buru-buru pergi takut aku melakukan sesuatu yang tak disukainya.

-0-

Pikiranku kacau, perasaanku tak karuan, bahkan tubuhku terasa panas dingin. Bolak-balik aku memperhatikan jam pada ponselku yang masih menunjukkan pukl 9 malam, aku merasa jam itu berubah dalam tempo yang sangat lama. Setidaknya aku tak perlu mengkhawatirkan Bibi Kim akan memarahiku karena pulang larut malam karena dia sedang berada di luar negeri. Aku mulai melangkahkan kakiku memasuki Ballroom tempat diadakannya pesta dansa, pesta yang konon dihadiri oleh banyak pebisinis tua maupun muda. Aku sendiri, walaupun ayahku punya perusahaan besar, tapi aku masih belum pernah berurusan dengan bisnis ayahku. Ini adalah pertama kalinya bagiku. Aku nekad datang ke acara ini dengan pengetahuan bisnis dan usaha ayahku seadanya. Semua demi menemui seorang pria lajang nan kaya raya bernama Choi Siwon. Semoga kedatanganku kesini tidak akan menarik perhatian banyak orang. Karena selain tidak nyaman dengan kostum yang kukenakan, aku juga takut si pria tua yang ingin memperistriku itu juga muncul dan melihatku disini. Aku memang tidak pernah tahu dengan jelas siapa pria yang dimaksud Bibi Kim yang ingin menikahiku itu. Akan jauh lebih baik kalau aku tak mengenalnya dan mencari jalan keluar sebelum aku harus bertemu dengannya.

Aku melihat ke sekeliling Ballroom, memperhatikan tamu-tamu yang menghadiri acara itu. Penampilan mereka semua terlihat sangat memukau. Aku sering menghadiri pesta, tapi tak pernah datang ke pesta semacam ini. Aku baru menyadari kebodohan, mengapa selama ini aku tak pernah mempelajari seluk beluk perusahaan ayahku. Sekarang baru terasa akibatnya, aku tak tahu apapun soal perusahaan.

Aku berjalan pelan seraya mengingat-ingat wajah dari foto yang ditunjukkan Sunny Eonni kepadaku sebelumnya. Choi Siwon adalah seorang pria yang tampan, aku jadi merasa rendah diri ingin berhadapan dengannya. Kakiku mulai terasa sedikit sakit, tidak nyaman karena ukuran sepatu yang kebesaran. Namun aku berusaha bersikap normal layaknya aku memakai gaun dan sepatu paling nyaman yang aku miliki. Aku melihat pria itu, Choi Siwon, berada di antara beberapa wanita muda. Sedang tersenyum manis memperlihatkan kedua lesung pipinya. Gestur tubuhnya yang sedang memegang gelas wine di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celananya. Pria berbalut tuxedo hitam itu begitu mempesona, kepercayaan diriku seakan menguap begitu saja. Aku meremas tanganku mencoba menguatkan diriku untuk mengahadapinya.

Beruntungnya aku, wanita-wanita yang sedang mengelilinginya telah bubar. Aku berjalan pelan-pelan mulai mendekatinya. Aku merasa gugup, tiba-tiba saja kepalaku terasa kosong. Semua hal yang kupikirkan lenyap karena kegugupanku. Kemudian pandangannya mengarah padaku, ia tersenyum padaku. Malah dia berjalan mendekatiku. Eothokke… Eothokke??

“Hai nona, aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau baru pertama kali datang kesini?” tanyanya begitu sampai dihadapanku. “Ne..” jawabku hanya satu kata. “Kau datang sendirian?” tanyanya lagi. “Ya, begitulah. Aku sangat antusias dengan acara ini, hanya saja aku tak tahu akan melakukan apa untuk selanjutnya.” Ah, Yoona bodoh. Kenapa berbicara seperti itu?? Ingin sekali aku memukul kepalaku sendiri, tapi itu tidak mungkin kulakukan didepannya.

“Kalau begitu perkenalkan aku Choi Siwon, dari Hyundai Group. Dia mengulurkan satu tangan, menginginkan satu jabatan tangan layaknya para pengusaha yang membuat suatu kesepakatan. Aku hendak mengulurkan tanganku membalasnya ketika seorang pria menginterupsi apa yang ingin kulakukan. “Choi Siwon-ssi, apa kabar… lama tak melihatmu di Korea.” Entah kenapa aku justru merasa terselamatkan dengan kedatangan pria itu. Aku buru-buru mundur, dan berjalan cepat mencari ruang dan udara segar. Aku tak tahu apakah Choi Siwon menyadari kepergianku atau tidak.

Aku duduk cukup lama di sudut Ballroom, memperhatikan para tamu yang sedang berdansa begitu romantis diiringi musik waltz. Aku mulai bosan menunggu mereka berdansa kesana-kemari, karena aku juga tak berniat berdansa. Selain itu, aku telah kehilangan pandanganku dari Choi Siwon. Entah kemana pria itu menghilang, padahal urusanku dengannya masih jauh dari kata selesai. Aku melihat jam dari ponselku sudah menunjukkan pukul 00.45. Aku baru sadar ternyata para pebisnis dan pengusaha juga suka berpesta sampai pagi. Aku memasukkan ponselku kembali ke dalam tas tangan. Aku berencana mengitari Ballroom untuk menemukan keberadaan Choi Siwon.

Aku merasa seseorang berdiri di belakangku ketika aku sedang sibuk memperhatikan peserta dansa. Aku membalik tubuhku dan mendapati orang yang kucari berada disana. “Ya ampun, kau mengejutkanku Siwon-ssi” Pria itu tersenyum begitu mempesona. “Kau cepat sekali menghilang, tapi aku tak melihatmu di lantai dansa.”

“Ah, soal itu aku… mmm…” aku kehilangan kata-kataku. “Sebenarnya apa tujuanmu datang kesini? Aku perhatikan kau bahkan tidak tertarik dengan pestanya sendiri.” Aku melebarkan mataku, menatapnya. Pria itu sepertinya tahu bahwa kedatanganku bukan untuk berpesta. “Kelihatannya kau sangat ragu dan… gugup. Benarkah? Apa yang terjadi, ada yang bisa kubantu?” Wah.. kenapa jadi begini, dia bahkan menawarkan bantuannya padaku seakan ia bisa membaca pikiranku. Ayo Yoona, kuatkan dirimu dan katakan padanya semua keinginanmu. Anggaplah kau punya mantra abakadabra, buat ia tersihir hingga mengikuti semua keinginanmu!! Aku mencoba memberi semangat kepada diriku sendiri.

“Ya, kau benar sekali Tuan Choi. Aku memang sedang ada masalah. Aku membutuhkan bantuanmu untuk menjadi investor di perusahaan ayahku. Aku tidak punya jalan lain selain meminta bantuanmu, karena situasinya juga mendadak dan sangat terjepit. Jadi bisakah kau membantuku? Hanya untuk berinvestasi di perusahaan milik ayahku, tidak ada hal lain.” Aku mengatakannyan dalam satu tarikan napas. Aku memberanikan diri menatap wajahnya, tersirat ekspresi kaget disana. Namun tak lama ia mengendalikannya dan telah menjadi normal kembali.

“Wow, aku tak percaya kau punya keberanian seperti itu. Tapi keuntungan apa yang bisa kudapat bila aku berinvestasi di perusahaan ayahmu?” pertanyaanmya kembali membuatku membelalakkan mata. “Keuntungan? Keuntungannya adalah…” aku tak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba punggungku terdorong oleh dua orang yang sedang berdansa dan membuatku jatuh ke arah Choi Siwon. Mau tak mau ia memelukku, dan wajah kami juga sangat dekat. Jantungku berdegup kencang ketika aku menatap jauh ke dalam matanya. “Berhati-hatilah nona. Kau belum bisa menjelaskan secara detail keuntungannya padaku. Bahkan namamu saja aku tidak tahu, tapi kita sudah begitu dekat seperti ini.”

“Aahh.. iya, Yoona.. namaku Im Yoona. Perusahaan ayahku adalah…” lagi-lagi kata-kataku terinterupsi oleh getar ponselku. Aku kehilangan konsentrasi, dan segera melepaskan pelukan Siwon dan mengambil ponsel itu dari tas tanganku. “Maaf, aku rasa ini penting..” aku sedikit menjauh darinya, ketika aku melihat ID Jessica Eonni terpampang di ponselku.

“Ne.. Eonni, Waeyo??”

“Yoona-yah. Cepat kau pulang. Aku mendapat laporan kalau Bibi Kim sudah sampai bandara, sebentar lagi ia akan sampai ke rumah!!”

“Mwo?? Eonni kau serius? Kenapa dia bisa pulang secepat itu, bahkan ini masih dinihari.” Rasa panik mulai menjalari diriku. Tanganku pun mulai terasa dingin.

“Entahlah, aku juga tidak tahu. Lekaslah kau pulang, jika tidak kau akan menghadapi mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Kau harus berlomba dengan Bibi Kim untuk secepatnya sampai ke rumah! Palli….”

“Ne… aku akan segera pulang!!” sekarang aku sudah benar-benar panik. Aku harus segera sampai ke rumah sebelum Bibi Kim. Kalau sampai aku terlambat maka aku akan benar-benar hidup sebagai upik abu. Jelaslah bahwa itu semua akan menjadi mimpi paling menakutkan, bahkan lebih membuatku merinding dibandingkan cerita horor.

“Maaf, Siwon-ssi. Aku rasa pembicaraan ini cukup sampai disini. Maafkan aku karena sudah mengulur waktumu.” Aku membungkuk dan langsung berbalik, berjalan cepat meninggalkan Ballroom. “Hei Nona Im, tunggu dulu…” aku mendengar teriakannya tapi aku tak lagi bisa peduli, sekarang hidupku sedang berada diambang kerusakan. Aku harus mencegah hal terburuk dengan cepat-cepat pulang ke rumah. Semoga ada taxi yang lewat saat aku sudah berada di pinggir jalan nanti.

Setelah melewati pintu utama Ballroom aku mencoba berlari lebih cepat, sedikit sulit karena gaunku yang panjang dan sepatuku yang kebesaran. Ketika aku berjalan menuruni tangga di depan teras Ballroom, salah satu sepatuku terlepas. Aku berniat mengambilnya saat kudengar suara Choi Siwon masih memanggil-manggil di belakangku. Aku rasa pria itu mengikutiku, mungkin kepergianku yang mendadak ini membuatnya penasaran. Aku membatalkan niat untuk mengambil sepatuku, aku malah melepas sepatu yang satu lagi, mencampakkannya ke suatu tempat. Kini aku pun berlari tanpa alas kaki. Setidaknya aku bisa berlari lebih cepat tanpa sepatu sialan itu.

Aku bergegas menghentikan taxi yang kebetulan lewat ketika aku baru saja sampai ke bahu jalan raya. Aku masih bersyukur karena keberuntungan sedikitnya masih mau datang padaku. Aku kembali mencoba menghubungi kakakku, tapi ia sama sekali tak mengangkat teleponku. Mungkin Sica Eonni sudah tidur, mengingat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 01.15, sudah lewat tengah malam. Aku terus berdoa dalam perjalanan pulang, semoga aku yang lebih dulu sampai daripada Bibi Kim.

To Be Continue…

 

Bagaimana cerita Cinderella ini di bagian satu?? Cukup jelaskah atau malah gaje…??? Minhae, kalau readers ga suka atau ga dapat alurnya… jangan lupa ya comment dan like!!

 

80 comments

  1. Annyeong unni….
    Aku zhahra..sbenarnya aq bukan readers baru….
    Aku pernah membaca FF unni yg ini sebelumnya…
    Tpi gag ninggalin jejak karna waktu itu lgi GAPTEK…he..hee,…
    Mianhe unni….

  2. wah yoona bener-bener jadi cinderella ni haha 😀
    kira-kira siwon mau gak ya bantu yoona. tpi blm juga slese ngomong jessica tlfn krna bibi kim udah mau pulang.

  3. Siw0n kayak.a trtarik sama Y00na dari awal nih,.
    Y00na yg semangat brjuang buat nyari invest0r,,
    Tp siapa tuh laki2 tua yg menginginkan Y00na,?
    Lanjut baca part 2 aja deh, he he..

  4. Bener bener fresh FFnya meskipun temanya cinderella tapi bener bener beda sama aslinya.freshnya dsni karena yoona sahabatan ama suzi pdhl di dunia nyata fansnya gak akur😂😂😂✌✌
    Dan lucunya lagi yg jadi bibinya si taeyeon, mana dibilang perawan tua lagi. Hahahaha poor taeng
    Tapi overall aku suka,semoga yoona bisa ketemu siwon lagi dan bisa ngeyakinin dia soalnya gak rela masak yoona nikah sama om om meskipun cuma di FF.
    Oh btw aku ngakak sama kata sambutannya diatas😀😀

Please Leave Your Lovely Ideas, Good Readers!!